SMPIT Ibnu Mas’ud menyelenggarakan peringatan Hari Santri tahun 2024 dengan cara yang sederhana. Namun dibalik kesederhanaanya, para santri tetap bisa memaknai arti sesungguhnya dari Hari Santri. Hari santri tahun ini mengangkat tema : Menyambung Juang, Merengkuh masa depan. Bertempat di komplek SMPIT Ibnu Masud Kampus Putri pelaksanaan peringatan Hari Santri dihadiri oleh 102 santri SMPIT Ibnu Mas’ud serta guru dan tenaga kependidikan di SMPIT Ibnu Mas’ud berlangsung dengan khidmad. Dalam acara ini, Sekolah juga mengundang Ustadz Rahmatullah Al-Hafidz yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren GIPA (Griya Penghafal Qur’an) Rohmatul Qur’an Sentolo sebagai narasumber utama. Acara diawali dengan kegiatan apel di masing-masing kampus putra dan putri SMPIT Ibnu Mas’ud kemudian dilanjutkan dengan acara bersama peringatan Hari Santri di kampus Putri. Sebelum acara dimulai, para santri dihibur oleh penampilan grup hadroh SMPIT Ibnu Mas’ud Ukhuwatul Muhibbin yang melantunkan beberapa syair Hadroh.
Foto: Penampilan grup hadroh SMPIT Ibnu Mas’ud Ukhuwatul Muhibbin. (Dokumentasi SMPIT Ibnu Mas’ud)
Pada inti acara peringatan Hari Santri 2024 dibuka dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an yang dibawakan oleh santri kelas IX Zakwan Muhammad Husain. Dalam acara tersebut, kepala sekolah SMPIT Ibnu Mas’ud, Bapak Riswanto S. Pd. I. memberikan pesan kepada seluruh santri bahwa sesungguhnya misi seorang santri itu adalah melakukan pengabdian bagi seluruh umat. Santri harus mampu menyerap dan mengambil pelajaran dari peringatan hari santri. Dalam kesempatan tersebut, beliau juga menekankan bahwa tonggak perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi permasalahan bangsa saat ini akan dilanjutkan perjuangannya oleh para santri. Untuk bisa mengemban tugas tersebut, maka pembentukan karakter santri harus dimulai dari saat ini. Pembentukan karakter bisa dengan menjaga semangat untuk terus belajar dan memperbaiki diri.
Foto: Ustadz Rahmatullah Al-Hafidz (Pengasuh Ponpes GIPA) didampingi Kepala SMPIT Ibnu Mas’ud, Riswanto, S.Pd.I (Dokumentasi SMPIT Ibnu Mas’ud)
Pada acara inti Ustadz Rahmatullah Al Hafiz menyampaikan bahwa setiap mujizat yang dimiliki oleh Nabi akan hilang seiring dengan wafatnya Nabi tersebut, sebagai contoh Nabi Musa yang memiliki mujizat tongkatnya bisa berubah jadi ular, maka ketika wafatnya nabi tersebut tongkatnya akan menjadi tongkat biasa dan tidak bisa berubah lagi. Kecuali satu mukjizat yang tak akan lekang oleh waktu yaitu Mukjizat Al-Qur’an. Mukjizat ini satu-satunya yang masih bisa dirasakan hingga saat ini. Dan santri merupakan garda terdepan dalam meneruskan perjuangan nabi untuk menjaga mukjizat Al-Quran. Maka dari itu beliau menambahkan bahwa santri harus memiliki semangat untuk membaca dan menghafalkan Al-Qur’an.
Foto: Antusiasme santri SMPIT Ibnu Mas’ud (Dokumentasi SMPIT Ibnu Mas’ud).
Pada zaman perjuangan, peran santri adalah ikut berjuang memmpertahankan kemerdekaan pada 10 November yang saat itu gelombang perjuangan santri sebenarnya sudah dimulai sejak 22 Oktober. Inilah yang menjadi alasan Hari Santri selalu diperingati pada tanggal 22 Oktober. Dimana peristiwa itu menunjukkan bahwa santri juga memiliki semangat untuk mempertahankan eksistensi negara. Di era saat ini sesungguhnya tantangan terpampang nyata bagi para santri. Tantangan tersebut adalah tantangan penjajahan terhadap budaya asli yang semakin tergerus dengan budaya luar yang tidak sesuai dengan adab. Maka dari itu, santri harus berpegang pada dasar-dasar aturan agama dengan memperkuat interaksi dengan Al-Qur’an.
Pada kesempatan itu, para santri yang hadir juga diberikan kesempatan untuk bertanya. Salah satu santri yang bertanya adalah Muhammad Abyan Abdillah. Byan bertanya tentang bagaimana cara menghafalkan Al-Quran yang efektif. Ustadz Rahmatullah menjawab yang harus dilakukan adalah dibaca berulangkali sampai benar-benar hafal.
Tim Media SMPIT Ibnu Mas’ud